Suka Duka Mahasiswa Bidikmisi
Bidikmisi adalah beasiswa yang diberikan oleh pemerintah untuk para calon mahasiswa yang dianggap kurang mampu secara finansial untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Pendidikan Tinggi atau Perkuliahan.
Seperti apa suka dan duka selama menjadi mahasiswa bidikmisi?
Assalamu alaikum sobat Anak Arsitektur..
Selamat datang kembali di blog ini. Blog tempat saya berbagi segala hal yang saya ketahui kepada sobat semua.
Di postingan kali ini saya mau cerita tentang beberapa hal yang saya dan mahasiswa bidikmisi lain alami selama menjadi penerima beasiswa ini. Apa saja itu? check this out.
1. Tidak lagi Pusing Memikirkan SPP
Yang paling menyenangkan dari menjadi mahasiswa bidikmisi adalah kita tidak perlu lagi memikirkan uang SPP atau UKT yang nilainya belakangan ini makin tinggi.
Di jurusan saya saja, minimal UKT nya adalah 3 juta rupiah per semester. Belum lagi jurusan lain seperti farmasi dan lain sebagainya yang bisa mencapai 4 jutaan lebih.
Nah, jika menjadi mahasiswa bidikmisi, sobat akan bebas dari urusan ukt karena telah dibayarkan oleh bidikmisi sebesar 2.4 jutaan. Jadi dari jumlah total bidikmisi per enam bulan yang jumlahnya 6 jutaan, setelah dipotong ukt akan menjadi 3.9 juta rupiah.
3.9 juta ini adalah biaya hidup atau living cost yang bisa sobat tarik tiap 6 bulan sekali di bank atau ATM. Lumayan banyak bukan?
Tahukah sobat jika nominal beasiswa bidikmisi adalah yang tertinggi di antara beasiswa-beasiswa lain? Jadi bersyukurlah jika sobat nanti diterima untuk mendapat beasiswa ini.
2. Harus Pertahankan Nilai
Sesuai dengan namanya, yaitu Bidikmisi ( Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi), selain memenuhi syarat sebagai kategori mahasiswa tidak mampu alias miskin, sobat juga harus berprestasi.
Prestasi disini bukan berarti sobat harus juara olimpiade sains atau debat dan lain lain ya, tapi berprestasi dalam artian nilai kuliah sobat tidak jelek jelek amat.
Kalau saya tidak salah, standar nilai supaya sobat bisa bertahan menjadi mahasiswa bidikmisi adalah 2.75 tiap semesternya. Angka yang cukup kecil sebenarnya. Kalau di konversikan ke nilai 1-100 adalah sekitar 70.
Tidak sulit bukan?
Sobat hanya perlu rajin mengerjakan tugas dan sering hadir untuk dapat mempertahankan status sebagai penerima bidikmisi. Namun jika sobat bisa memperoleh nilai lebih dari yang di atas, tentu akan jauh lebih baik.
3. Harus Pintar Mengatur Keuangan
Saat awal masuk bidikmisi, penerimaan biaya living cost atau biaya hidup adalah sekitar 3 bulan sekali dengan jumlah Rp 1.950.000,-. Namun saat memasuki tahun 2018, penerimaan living cost menjadi 6 bulan sekali sebesar 3.900.000,-.
Saat menerima 3 bulan sekali, kita akan cenderung lebih hemat dalam mengeluarkan uang bidikmisi karena jumlahnya sedikit. Berbeda dengan 6 bulan sekali yang nominalnya cukup tinggi.
Jumlah sebanyak ini membuat sebagian banyak mahasiswa bidikmisi termasuk saya terlena dan mulai membeli barang barang yang diinginkan tanpa berpikir panjang.
Hasilnya, uang pun habis bahkan sebelum memasuki bulan kedua sejak penerimaan living cost, Hal ini tentu sangat tidak baik untuk ditiru.
Mengapa?
Karena ujung ujungnya sobat sendiri yang akan kesulitan memenuhi kebutuhan harian. Ingat, keperluan kuliah itu banyak. Bijaklah dalam mengatur keuangan agar sobat tidak susah di kemudian hari.
Buatlah skala prioritas dan hindari membeli barang yang tidak dibutuhkan. Hindarilah pula perilaku hedonis atau bermewah mewahan. Akan ada saatnya sobat bebas membeli apa saja. Tapi, bukan sekarang, melainkan saat sobat punya penghasilan sendiri.
4. Pencairan Living Cost sering Terlambat.
Inilah yang paling membuat mahasiswa bidikmisi merana. Kejadian ini sering sekali terjadi tiap semesternya. Semester ini misalnya.
Jika melihat jadwal pencairan bidikmisi yang tertera di buku panduan, maka pencairan living cost harusnya dilakukan di awal atau pertengahan bulan Maret dan September. Paling lambat akhir bulan.
Nah, sayangnya pencairan living cost angkatan saya yang harusnya bulan 9 agak ngaret, yaitu ke akhir bulan 10.
Keterlambatan ini memberikan dampak yang lumayan besar, Terutama bagi para mahasiswa yang tinggal di kos kosan. Seringkali karena terlambat membayar kos, mereka akhirnya harus diusir dari tempat tinggalnya.
Bagi mahasiswa yang benar benar hanya bergantung pada bidikmisi, meminjam uang ke teman atau saudara kadang menjadi pilihan satu satunya untuk menutupi kebutuhan harian.
Apa yang bisa sobat lakukan untuk mengatasi masalah ini?
Jawabannya adalah manajemen keuangan. Manajemen uang yang baik akan membuat sobat bisa memenuhi kebutuhan hidup bahkan saat pencairan living cost terlambat sekalipun.
Selain itu, sobat juga bisa mencari penghasilan lain selain dari bidikmisi, seperti berjualan pulsa, berdagang online, atau usaha lainya. Yang harus diingat adalah sobat harus bisa mengatur waktu dengan baik antara kuliah dan usaha agar pendidikan sobat tidak terganggu.
Kesimpulan
Yang paling enak dari menjadi mahasiswa bidikmisi adalah sobat tidak perlu lagi memikirkan biaya ukt dan biaya hidup selama kuliah. Namun, diperlukan manajemen keuangan yang baik agar sobat tidak keteteran ketika memasuki akhir akhir bulan penerimaan living cost bidikmisi.
Baiklah itulah suka dan duka mahasiswa bidikmisi versi saya. Semoga artikel ini bisa memberi gambaran kepada sobat tentang apa yang akan sobat hadapi nanti jika diterima di bidikmisi.
Have a nice day and wassalamu alaikum.
Post a Comment for "Suka Duka Mahasiswa Bidikmisi"